Kenapa Said Aqil Siradj Hanya Dekat Dengan Tokoh Nasrani?

Nahdlatusy Syi'ah - Kenapa Said Aqil Siradj Hanya Dekat Dengan Tokoh Nasrani?
Said Aqil Siradj Ketua PBNU pertama tama mendukung Ahok menjadi Gubernur DKI, setelah itu menggembosi Aksi 411 dan juga Aksi Bela Islam jilid 3 yang dikenal dengan istilah Aksi 212.
Baca:
Benarkah NU Terima Pesanan Fatwa dan Hukum?
Hanya NU Abal abal (Gusdurian) Syi'ah, Liberal dan Ahmadiyah yang tidak ikut Aksi Bela Islam 4 November
Modus Baru Untuk Menggembosi Aksi Bela Islam 4 November

Tidak berhenti sampai disitu saja, Said Aqil Siradj juga dekat dengan James Riyadi, bahkan kabarnya mendapatkan kucuran dana, dan kabar berita ini banyak menyebutkan sebagai uang fatwa penggembosan aksi bela islam, maka setelah itu lahirlah fatwa tidak syah shalat jum'at di jalan.
Baca:
James Riyadi Ulama Besar Nahdlatul Ulama

Setelah Said Aqil dekat dengan 2 nasrani ini ternyata Said Aqil masih belum merasa puas sehingga ia masih perlu merapat kepada Hary Tanoesoedibjo, bahkan said aqil menjadi ketua yayasan yang dibuat oleh Hary Tanoesoedibjo.

Tokoh pengusaha kristen keturunan china Hary Tanoesoedibjo (HT) sangat berambisi menjadi presiden. Demi meraih ambisinya HT terus menggalang dukungan dan simpati dari kaum muslimin mayoritas dinegeri ini. Setelah sering mengunjungi pesantren -pesantren NU khususnya kali ini yang terbaru HT mendirikan Yayasan Peduli Pesantren (YPP) yang bertujuan memberi suntikan bantuan dana untuk kalangan pesantren.

Menjadi sebuah tamparan keras bagi dunia pendidikan pesantren di Indonesia. Hary Taneosoedibjo, Group Chairman & CEO MNC Group, yang seorang non-Muslim mendirikan dan mengetuai sebuah yayasan yang bergerak di dunia pesantren, yaitu Yayasan Peduli Pesantren (YPP).

“Pesantren-pesantren di daerah itu kecil-kecil sangat memprihatinkan, jadi mereka kurang diperhatikan. Padahal kan kita tahu bahwa pesantren itukan sumber ilmu,” kata Hary Tanoe di Gedung MNC Financial Center, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Ahad (4/12/2016), seperti dikutip Okezone.com.

Ketua Umum Partai Perindo itu melanjutkan, apabila pesantren sebagai lembaga pendidikan sudah berkembang dan bahkan bisa mandiri maka secara otomatis dapat membantu mempercepat Indonesia menjadi negara yang maju. “Kalau bisa begitu kan kita bisa membangun Indonesia yang maju,” pungkasnya.

Ditargetkan dana lebih dari Rp 500 miliar bisa disalurkan ke pesantren-pesantren dalam waktu dekat.
Pada peluncuran Ahad kemarin, YPP berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp2 miliar, yang sebesar Rp1 miliar diberikan oleh Hary Tanoe sendiri.

Berikut ini struktur kepengurusan Yayasan Peduli Pesantren yang diisi para tokoh NU:

Dewan Pembina:
Ketua : KH Said Aqil Siroj
Anggota : Mahfud MD,, Hajriyanto Y. Thohari, Ahmad Rofiq

Dewan Pengawas
Ketua : KH Salahuddin Wahid
Anggota : Firmanzah, Yamin Tawary

Ketua Umum : Hary Tanoesoedibjo
Wakil Ketua Umum : Liliana Tanoesoedibjo
Ketua Harian : Syafril Nasution
Wakil Ketua Harian : Abdul Kholiq Ahmad
Sekretaris Umum : Fathur Rahman
Sekretaris : Armyn Gultom
Wakil Sekretaris : M. Sopiyan
Bendahara Umum : Stien Maria Schouten

Tanggapan Imam Besar NU Garis Lurus KH. Luthfi Bashori

Menanggapi gencarnya berita ini, KH. Luthfi Bashori melalui akun pribadinya memberikan tanggapan serius. Berikut selengkapnya.

ORANG PESANTREN KOK BERSAHABAT DENGAN ORANG KAFIR ?!?!

Oleh KH. Luthfi Bashori

Sebagaimana dikutip oleh Okezone.com, bos berbagai media sekaligus Ketum Yayasan Peduli Pesantren menjelaskan, “Pesantren-pesantren di daerah itu kecil-kecil sangat memprihatinkan, jadi mereka kurang diperhatikan. Padahal kan kita tahu bahwa pesantren itukan sumber ilmu,” kata Hary Tanoe di Gedung MNC Financial Center, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Ahad (4/12/2016).

Hary Tanoe adalah seorang beretnis China dan kafir, serupa dengan Ahok, dia tidak pernah menyatakan masuk Islam, dan kini sedang menggalang suara untuk pencalonan dirinya pada Pilpres mendatang dengan kekuatan uang-nya.

Sudah banyak tokoh-tokoh Islam khususnya dari kalangan NU yang ‘jatuh bergeleparan’ terbuai oleh kucuran uang dari Hary Tanoe.

Terbukti sejak tiga tahun terakhir, perdiri partai Perindo ini sengaja mengkondisikan dirinya agar dapat berkunjung ke berbagai pesantren, demi membangun citra baik bagi pencalonan dirinya sebagai Presiden Indonesia mendatang.

Setelah berhasil di terima di berbagai pesantren, saat ini Hary Tanoe mendirikan sebuah yayasan. Yayasan ini menjadi salah satu sayap dari gerakkan yang dirancang secara perlahan akan terkoneksi dengan partainya.

Sayangnya mulai banyak tokoh-tokoh pesantren yang lebih tergiur mendapat uang syubhatnya Hary Tanoe, daripada menjaga aqidah para anak didiknya.

Fenomena ini sangat jauh berbeda dengan ajaran para ulama pesantren di jaman dulu, yang selalu menggantung kehidupannya itu, hanyalah kepada Allah, baik untuk dirinya, untuk keluarganya serta untuk pesantrennya.

Atau minimal memilih mau menerima hibah/sumbangan hanya dari kalangan aghniya dermawan intern umat Islam, bukan dari kalangan orang kafir.

Karena itu, para ulama di jaman dahulu itu, hampir semua fatwa dan ajarannya selalu menjadi tranding topik di kalangan umat Islam dari masa ke masa.

Dana syubhat Hary Tanoe itu termasuk dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Abdullah An Nu’man bin Basyir Radhiallahu ‘Anhuma, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya yang halal adalah jelas dan yang haram juga jelas dan di antara keduanya terdapat perkara yang samar, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Barangsiapa yang menghindar dari yang samar maka dia telah menjaga agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang terjatuh dalam perkara yang samar maka dia telah terjatuh dalam perkara yang haram, seperti penggembala yang berada dekat di pagar milik orang lain dikhawatiri dia masuk ke dalamnya. Ketahuilah setiap raja memiliki pagar (aturan), aturan Allah adalah larangan-laranganNya. Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging jika dia baik maka baiklah seluruh jasad itu, jika dia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hary Tanoe yang beragama Nasrani, maka termasuk dalam surat Almaidah 51 yang sedang viral:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin bagi kalian, sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kalian mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.”

Wallahu Musta’an
http://www.nugarislurus.com/2016/12/imam-besar-orang-pesantren-kok-bersahabat-dengan-orang-kafir.html

Seorang Muslim yang benar benar sehat akalnya dan sadar bahwa dirinya adalah muslim yang harus patuh kepada alqur'an dan hadits pasti bingung mengapa seorang Kiai Haji seperti Said Aqil bisa lebih dekat dengan orang nasrani dan mau untuk memperjuangkan mereka dan bersikap keras kepada sesama muslim!.
Baca: Tamparan Keras NUGL dan Kiai Jombang Terhadap NU Bagian Pertama

Tamparan Keras NUGL dan Kiai Jombang Terhadap NU Bagian Pertama

Nahdlatusy Syi'ah - Tamparan Keras NUGL dan Kiai Jombang Terhadap NU Bagian Pertama
NU Gus Dur dan NU Said Aqil Siradj memang sangat banyak mendapat kritikan, dan bagaimana tidak mau dikritik sedangkan keadaannya memang tidak tepat dan bikin umat islam geram terutamanya warga NU sendiri yang berpegang teguh kepada Alqur'an dan Hadits yang sejalan dengan pemahaman hadlrotusy syaikh KH. Hasyim Asy'ari.

Baru baru ini situs NU Garis Lurus lagi lagi memberi tamparan keras kepada NU Said Aqil Siradj, dan yang pertama mari kita lihat artikel kritikan salah satu Kiai NU Jombang yaitu KH Ahmad Musta’in Syafi’ie

Ulama NU Jombang Ini Ungkap Hikmah 212 Dan Lemahnya Iman Elit PBNU
Setelah suksesnya acara 212 aksi super damai di monas Jakarta, tersebar pernyataan Ulama kharismatik NU dari Jombang, K.H Ahmad Musta’in Syafi’ie atas banyak kemelut dalam tubuh NU terutama para pemimpin elitnya yang sejak awal seperti menentang aksi 411 dan 212.

Berikut ini BC yang didapat redaksi NUGarisLurus.Com yang juga mengkritik gaya otoriter Gus Mus menuduh aksi 212 sebagai bid’ah yang terbesar.

DAHSYATNYA ENERGI AL-MAIDAH:51

Oleh : KH Ahmad Musta’in Syafi’ie
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur

Sekian lama kiai toleransi sengaja “menyembunyikan-mu”, wahai al-Maidah:51. Ternyata Pemilikmu tersinggung. Lalu, dengan cara-Nya sendiri Dia bertindak. Cukup lidah Ahok diplesetkan dan NKRI tersentak menggelegar, menggelepar.

Kita petik hikmahnya :

1. Aksi 411 and 212 adalah bukti bahwa Allah SWT itu ada dan kehendakNya tidak bisa dibendung oleh siapapun. Pemerintah terpaksa harus mengalah, padahal sebelumnya Jokowi sudah pamer militer. Kini aksi diarahkan menjadi doa. Ternyata malah punya daya tarik yang luar biasa. Seluruh negeri menyambut dengan nama berbeda, aksi Nusantara Bersatu, istighatsah militer dll.
Negara juga terpaksa mengeluarkan dana sangt besar untuk menfasilitasi aksi 212. Aparat di jalanan terpaksa harus menyesuaikan diri dengan menggunakan simbol-simbol islam. Polisi pakai surban putih, membuat tim khusus bernama ASMAUL HUSNA, polwan serentak berjilbab, Habib papan atas memimpin istighatsah pakai ikat merah-putih melilit kepala. Lucu (?). Mungkin Tuhan sedang menjewer telinga kita, agar slalu “putih” dalam mengemban amanat.

2. Mestinya penguasa dan para cukong sadar, bahwa negeri ini lebih didirikan oleh teriak “Allah Akbar” ketimbang “Haliluya”. Umat Islam yang selama ini diam, kini sebagian kecil berani menunjukkan jati dirinya secara alamiah dan sangat militan. Inilah yg disebut “silent majority”. Maka jangan coba-coba mengusik “air tenang” jika tidak ingin hanyut.

3. Aksi ini sungguh peringatan, bahwa : tasamuh, tawazun, tawassut yang dislogankan NU itu perlu ditinjau kembali. Bukan pada konsepnya, tapi praktiknya. Di samping ada batasan, wajib apa pengawalan yg tegas dan bijak. Sadarlah, betapa kaum Nahdliyin diam-diam mengapresiasi aksi ini secara suka rela. Artinya, mereka sudah mulai tidak sudi dan meninggalkan gaya PBNU yang tak jelas. Sok toleransi, tapi tak ada aksi. Berdalih” RAHMATAN LIL ‘ALAMIN” tapi sejatinya “ADL’AFUL IMAN”.
Dialah Rasulullah SAW, saat pribadinya disakiti, memaaf. Jika agama dinista, beliau marah besar. Beberapa suku dan pribadi dikutuk dan dilaknat. Mukmin beneran itu tegas-keras kepada kafir, berkasih sayang sesama mukmin, ” asyidda’ ‘ala al-kuffar, ruhama’ bainahum” (Al-Fath:29). Tapi sebagian oknum PBNU, kiai toleransi, kiai seni sekarang cenderung sebaliknya, “asyidda’ ‘ala al-mukminin, ruhama’ bain al-kuffar”. (?)

4. Gus Mus yang membid’ahkan shalat jum’ah di jalan raya dan kiai Sa’id yang menghukumi tidak sah sekarang diam soal shalat Jum’ah di Silang Monas. Wonten punopo kiai?. Begitulah bila fatwa beraroma dan tendensius, hanya melihat illat hukum secara pendek dan sesaat. Terlalu naif menggunakan ikhtifah fiqih utk kepentingan politik.

Benar, jika itu mengganggu lalu lintas. Tapi hanya sebentar dan hanya pengguna jalan yg ketepatan lewat. Setelahnya, ada maslahah sangat besar bagi umat islam pada umumnya. Maslahah inilah yang tidak beliau lihat. Lagian, tradisi kita sudah biasa menutup jalan untuk majlis dzikir, istighatsah, termasuk haul Gus Dur di pesantren Tebuireng.

Gus Mus pernah mencak-mencak saat amaliah kaum Nahdliyin dibid’ahkan, tapi sekarang ganti membid’ahkan sesama muslim, “bid’ah besar”. Ternyata, amunisi bid’ah yg ditembakkan Gus Mus ini lbh besar dibanding bid’ah yg ditembakkan nonnahdliyin.

Sekedar membaca sejarah, bahwa zaman Umar ibn al-Khattab, tentara islam shalat jum’ah di jalan sebelum menaklukkan negeri futuhat. Sultan Muhammad al-Fatih shalat jum’ah di sepanjang pantai Marmara sebelum menjebol benteng Konstatinopel. Inilah awal khilafah Utsmniyah berdiri. Sekali lagi, orang ‘alim mesti melihat sisi maslahah jauh ke depan ketimbang illat “bid’ah” sesaat.

Mengagumkan, fatwa dan puisi Gus Mus begitu manusiawi, tawadlu’, filosufis dan sufistik sehingga mengesankan derajat beliau telah mencapai hakekat keagamaan. Tiba-tiba tega merendahkan ilmu kiai-kiai MUI dengan mengatakan ilmu Syafi’i Ma’arif lebih tinggi. Sungguh membuat penulis tercengang. Ya. karena pernah kuliah di Jogya dan sedikit tahu.

Merendahkan ilmu kiai-kiai MUI sama saja dg merendahkan ilmu ketua Syuriah NU, KH. Ma’ruf Amin. Begitu cerdiknya Gus Mus, “sekali dayung dua kepala kena pentung”. Penulis membatin, ” kok bisa, sekelas ketua Syuriah NU tega merendahkan sesama ketua Syuriah. Ini fenomena apa?”. Hadana Allah. Terpujilah kiai Makruf tidak meladeni. Meski demikian, akan lebih elegan bila kiai Ma’ruf Amin tidak merangkap jabatan. Mohon maaf kiai.
Wallahu Alam
http://www.nugarislurus.com/2016/12/ulama-nu-jombang-ini-ungkap-hikmah-212-dan-lemahnya-iman-elit-pbnu.html

Tamparan NU Garis Lurus kedua ialah artikel yang membahas Ahmad Dhani dan berikut ini artikelnya:

Dulu Dipanggil Ustadz, Kini Ahmad Dhani Dipecat Lesbumi NU Karena Ikut Aksi 411

 “Bismillahirrohmannirrohim, malam ini saudara ustadz Ahmad Dhani resmi saya lantik menjadi salah satu Ketua Lesbumi NU,” ucap Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, sambil menyematkan pin NU di kemeja Ahmad Dhani di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (16/5/2014) malam, 2 tahun yang lalu.

Malam itu Ahmad Dhani resmi didaulat menjadi Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) untuk periode 2015-2020.

Dipecat Karena Ikut Aksi 411

Kami kutip dari website resmi NU Online, Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU KH Agus Sunyoto membenarkan kabar bahwa Ahmad Dhani diberhentikan dari kepengurusan Lesbumi PBNU periode 2015-2020.

Ia mengatakan, pemecatan tersebut sudah berlangsung sejak November lalu, persisnya usai keterlibatan Ahmad Dhani dalam aksi demo 4 November di Jakarta.

Menurut Agus, selain aksi ini bertentangan dengan kebijakan PBNU, sikap Dhani yang mengeluarkan kata-kata hinaan terhadap simbol negara dalam kesempatan itu juga tak bisa dibenarkan.

Berbeda Nasib Dengan Nusron (Wahid) Purnomo Dan Pengurus PBNU Pendukung Ahok

Nasib Ahmad Dhani yang sangat menentang gubernur non muslim Jakarta ini tidak seindah nasib mantan ketua PBNU Nusron (Wahid) Purnomo. Jika PBNU sangat tegas memecat Ahmad Dhani, PBNU secara resmi tidak pernah memecat mantan ketua umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor itu.

Bahkan meskipun Nusron sangat frontal mendukung Ahok dan santer dikabarkan melotot menentang terhadap fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dipimpin Rais Amm PBNU KH. Makruf Amin yang memutuskan bahwa Ahok telah menistakan Agama Islam.

Beberapa waktu lalu beredar kabar Nusron (Wahid) Purnomo dipecat karena mendukung Ahok. Namun website resmi NU langsung buru -buru membantahnya bahwa  Nusron mengundurkan diri secara otomatis dari kepengurusan NU sejak ia kembali aktif di Golkar sebagai Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu pada Mei 2016.

Beberapa pengurus PBNU yang secara terang -terangan mendukung Ahok juga tidak pernah mendapatkan sanksi pemecatan seperti Dr. Masdar Farid Mas’udi dan Ahmad Ishomuddin.

Namun untuk kasus Ahmad Dhani ini sikap sangat tegas dan responsif sangat cepat keluar dari PBNU dengan kata -kata pecat. Kenapa beda perlakuan?

Wallahul Musta’an
http://www.nugarislurus.com/2016/12/dulu-dipanggil-ustadz-kini-ahmad-dhani-dipecat-lesbumi-nu-karena-ikut-aksi-411.html

2 artikel tamparan NU Garis Lurus diatas sangatlah memalukan NU, dan saya dan juga teman teman yang lain yang juga sama sama terlahir dari paham NU sangatlah malu, namun apakah malu seperti yang kami pikul ini juga dirasa oleh mereka yang menyeret NU kelembah kenistaan ini?
mungkinkah mereka termasuk dalam الحياء من الايمان؟
Semoga saja NU dijauhkan dari orang munafik yang di hatinya hanya ada dunia amin.